Hai!
I'm just an ordinary people, simple and not hits' girl, hhaha. I'm student of Sriwijaya University (guess what, where is it?). Watching film and reading novel is something interesting to do for me. Sometimes, I do both the activities until late night. But, I never do my assignment until late night, because my eyes not support it.
I have bad habbit, yeah 'procrastination'. And then, I feel initiate conversation with new people. Maybe, I'm Introvert. Eits, introvert doesn't mean negative characteristics. But I tried to be the best yet.
The place where I want to go is .......... where-ever and whatever if always together with you. :D
Agmi Clarantika
Sabtu, 25 Maret 2017
Jumat, 10 Maret 2017
'Dua Puluh Empat' Jam
Kita diberi waktu yang sama disetiap harinya. Ya.. 24 jam! Tetapi sudah seberapa efektifkah 24 jam yang kita miliki? Sudah berapa banyak hal bermanfaat yang bisa kita lakukan?
Sebagian orang sudah melakukan banyak hal dalam 24 jam-nya, bahkan bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain, dan ada juga yang mengurus diri sendiri pun dirasa sulit. Hal itu tidak terlepas dari bagaimana kita bisa memanajemen waktu yang kita punya. Saya pun terkadang lalai dan belum bisa mengoptimalkan 'dua puluh empat' jam yang saya punya. Banyak hal yang bukan prioritas tetapi dirasa lebih menyenangkan untuk dilakukan, seperti menonton film sampai larut dan main hp berjam-jam sehari. Kita seharusnya bisa menempatkan sesuatu pada posisinya dan mengetahui skala prioritas.
Berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu agar dua puluh empat jam kita menjadi lebih efektif : (note : saya juga masih mengusahakannya :) )
- Daily Activity
- Sholat tepat waktu
- Warning! Jangan menunda
Apapun yang bisa dikerjakan sekarang maka kerjakanlah. Menunda berarti menumpuk pekerjaan, dan membuat kita semakin berat untuk menyelesaikannya. Seperti kita yang mahasiswa, yang terkadang punya segudang tugas yang harus diselesaikan dalam tenggang waktu yang cukup singkat. Kita bisa membuat daftar tugas tersebut dengan sticky note beserta ceklisnya untuk yang sudah dikerjakan. Ingat, jangan mengunggu deadline.
- Fokus dan cepat putuskan!
Berpikir terlalu lama untuk melakukan sesuatu kadang sama artinya tidak melakukan sesuatu -Eva Young-
Dari semua itu, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memposisikan diri dan menyadari bahwa betapa pentingnya menghargai waktu, karena waktu tidak akan kembali.
Sabtu, 04 Maret 2017
Menghargai
Seperti suatu kalimat yang cukup familiar mengatakan bahwa apabila kita berteman dengan penjual
minyak wangi maka kita juga akan ikut wangi. Dan kalimat lainnya yang mungkin
sering kita dengar yaitu ‘Bertemanlah dengan orang baik, maka kita akan ikut
baik’. Hal itu berarti kita adalah cerminan dari teman dan lingkungan kita.
Kedua kalimat tersebut memang benar. Dan perlu kita pahami
juga, maksud kalimat tersebut adalah bahwa kita boleh mencari teman yang bisa
menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih baik tanpa melakukan diskriminasi kepada pihak
lain. Diskriminasi disini adalah dengan tidak memberikan perlakuan berbeda
kepada mereka yang tidak dekat dengan kita atau bahkan bersifat acuh tak acuh. Contoh
kecilnya dalam lingkup ‘kelas’ yang berisi berbagai macam karakter. Terkadang seseorang
atau sebagian orang yang mungkin terlalu dijauhi karena beberapa hal. Karena
penilaian kita terhadap orang lain itu belum tentu benar. Setidaknya kita harus
saling menghargai satu sama lain.
Yang kau lihat, yang tampak dari luar belum tentu seperti
yang demikian itu. Kita tidak bisa sepenuhnya mengetahui keadaan seseorang.
Mungkin ada alasan tertentu yang membuatnya demikian. Kita hanya perlu
menghargainya, tanpa mengacuhkan keberadaannya.
#maafkalausalahJ
Walaupun langit tampak kelam nan kelabu
dan seolah mengatakan aku tak mendukungmu
hanya tuhan yang tau
antara aku dan kamu
akankah menjadi satu
atau hanya menjadi serpihan kenangan
yang kemudian hilang ditelan waktu
hanya tuhan yang tau
karena haru biru tak berarti sendu
dan kelabu tak berarti rapuh
begitupula jingga yang tak selalu cerah dan bertemu
hanya tuhan yang tau
dan kita hanya perlu percaya itu
dan seolah mengatakan aku tak mendukungmu
hanya tuhan yang tau
antara aku dan kamu
akankah menjadi satu
atau hanya menjadi serpihan kenangan
yang kemudian hilang ditelan waktu
hanya tuhan yang tau
karena haru biru tak berarti sendu
dan kelabu tak berarti rapuh
begitupula jingga yang tak selalu cerah dan bertemu
hanya tuhan yang tau
dan kita hanya perlu percaya itu
Kamis, 20 Oktober 2016
Essay : Kesenjangan Pendidikan di Indonesia
Pendidikan
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan suatu bangsa. Pada era
globalisasi seperti sekarang ini, Indonesia akan terus menghadapi tantangan dan
persaingan bukan hanya di dalam negeri saja tetapi juga secara global. Untuk itu sangat dibutuhkan peningkatan
kualitas sumber daya manusia, salah satunya melalui bidang pendidikan. Dengan
meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan di suatu negara, maka hal tersebut juga
akan meningkatkan intelektual dan kualitas warga negaranya sehingga dapat
bersaing di dunia internasional. Dalam
hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan. Akan tetapi, meningkatkan kualitas
pendidikan tidaklah mudah. Hal ini menjadi tugas berat, bukan hanya pemerintah
tetapi juga seluruh pihak yang terkait dalam bidang pendidikan. Selama ini
pemerintah sudah bekerja keras untuk memajukan pendidikan di Indonesia, hal itu
dapat membuat pendidikan di Indonesia lebih berkembang. Tetapi, dibandingkan
dengan negara-nagara lainnya di Asia, pendidikan di indonesia masih ketinggalan
jauh. Hal ini dikarenakan beberapa permasalahan yang ada, seperti tidak
meratanya atau ketidaksetaraan kualitas pendidikan di Indonesia.
Mengenyam
pendidikan merupakan hak setiap warga negara, hal itu tercantum dalam UUD 1945
Pasal 27 Ayat 2. Tetapi faktanya adalah tidak semua anak di Indonesia dapat
menikmati bangku pendidikan, hal ini disebabkan berbagai faktor. Hingga saat ini memang belum terjadi pemerataan
pendidikan, baik dari segi tenaga pengajar, fasilitas sarana prasarana, sampai
siswa-siwanya yag kelak menjadi generasi penerus bangsa.
Salah
satu faktor penyebab ketidakmerataan kualitas pendidikan adalah dari segi
tenaga pendidik atau guru. Dimana banyak guru yang tidak bersedia ditempatkan
untuk mengajar di daerah-daerah pelosok seperti di desa terpencil. Para guru
lebih memilih mengajar di kota dengan alasan karena kemudahan dalam berbagai
hal seperti mobilisasi, keamanan, dan akses yang mudah ditempuh. Sedangkan
sekolah-sekolah di desa sangat kurang tenaga pendidiknya. Sehingga tak jarang
jika seorang guru yang mengajar di desa terpencil harus menggabung beberapa
siswa yang berbeda kelas menjadi satu kelas karena kurangnya tenaga pendidik.
Faktor
lainnya adalah faktor infrastruktur. Sarana dan prasarana merupakan faktor
penting yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Dengan
adanya kerusakan sarana dan prasarana akan mengganggu kegiatan belajar mengajar
di sekolah, terutama gedung sekolah. Di Indonesia masih banyak gedung sekolah
yang tidak layak pakai atau bahkan lahannya yang bersengketa. Gedung yang rusak
bahkan hampir roboh tentu akan membahayakan keselamatan siswa. Di sisi lain,
kita dapat melihat sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap
bahkan berkelas internasional. Dimana setiap siswa mendapatkan fasilitas yang
bagus untuk mendukung kegiatan belajar, bukan hanya gedung sekolah tetapi juga
perpustakaan dengan buku yang lengkap, sarana olahraga, akses internet, ruangan
AC dan lain-lain. Sedangkan kita tahu, di daerah-daerah terpencil bahkan belum
ada listrik, jadi siswa tidak bisa menggunakan akses internet.
Keterbatasan
anggaran juga merupakan masalah yang memicu kesenjangan di bidang pendidikan.
Ketersediaan anggaran yang memadai dalam penyelenggaran pendidikan sangat mempengaruhi
keberlangsungan penyelenggaraan tersebut. Ketentuan anggaran pendidikan
tertuang dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas dalam pasal 49 tentang
Pengalokasian Dana Pendidikan yang menyatakan bahwa Dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (ayat 1). Permasalahan
lainnya yang juga penting untuk diperhatikan adalah alasan pemerintah untuk
berupaya merealisasikan anggaran pendidikan 20% secara bertahap karena
pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengalokasikan 20% secara sekaligus
dari APBN/APBD. Padahal kekayaan sumber daya alam baik yang berupa hayati,
sumber energi, maupun barang tambang jumlahnya melimpah sangat besar. Tetapi
karena selama ini penanganannya secara kapitalistik maka return dari kekayaan
tersebut malah dirampas oleh para ahli pemilik modal sehingga pembangunan di
daerah daerah menjadi tidak merata dan timbullah kesenjangan.
Selain
itu, pendidikan bermutu di Indonesia masih terbilang mahal. Kalimat ini sering
muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat
untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendid;ikan dari Taman
Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak sekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan
sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai
sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan
Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.
Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya,
setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai
keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak
transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah
adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan
pendidikan rakyatnya. Selain itu, mahalnya biaya pendidikan menyebabkan
banyaknya anak putus sekolah karena tidak mampu menjangkau biaya yang tinggi.
Maka
dari itu, untuk menghilangkan kesenjangan di bidang pendidikan, berbagai upaya
harus dilakukan dalam meningkatkan mutu dan penyetaraan kualitas pendidikan di
Indonesia. Pemerintah sebaiknya tidak hanya memperhatikan siswa yang belajar di
Kota yang umumnya tingkat pendidikannya sudah maju, tetapi juga memberikan
perhatian khusus kepada siswa yang minim fasilitas belajarnya. Sosialisasi mengenai pentingnya pendidikan, memberikan
beasiswa untuk siswa berprestasi dan kurang mampu, membangun lembaga pendidikan
baik formal maupun nonformal serta terus berupaya melakukan pemerataan kualitas
pendidikan adalah langkah yang dapat dilakukan agar seluruh anak indonesia
dapat menempuh pendidikan minimal pendidikan dasar. Karena setiap anak
Indonesia memiliki hak yang sama yaitu mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa
membeda-bedakan dari segi apapun.
Senin, 18 Juli 2016
Review kuliah :p
Haiiii... udah lamaa gak buka blog.
Hehehhe.. aku tuh sebenarnya bingung, mau pake bahasa formal atau non formal, bahasa gahool atau bahkan bahasa daerahku (inggris :p) . Ya udah, karena dalam keadaan gak resmi jadi non formal aja yah. *gakpenting
Sebelumnya sih udah ada ide buat nulis apa, tapi sekarang pas udah di depan laptop malah bingung mau nulis apa... Hmm.. 'KULIAH' kalau membahas tentang kuliah, apalagi yang mau menuju semester atas kayak aku nih (mau masuk semester 5), harus lebih mengatur strategi. Apalagi dengan IPK yang menurun setiap semesternya, butuh perjuangaaaaaan! Sekarang aku mau nge-review perkuliahan yang telah aku lalui sebelumnya, dari semester 1 - 4.
- Ditahun pertama saat masih ngekost, keadaan masih bisa terkendali. Dalam bidang akademik yaitu nilai, IPK dan sebagainya masih bisa dianggap memuaskan. Hanya saja karena baru penyesuaian atau dalam masa peralihan, jadi aku ngerasa segala halnya masih belum bisa dikerjakan secara cekatan. Yaudah, jadi niat ikut organisasi pun tertunda *selain karena alasan males dan gak ada yang diminati.
- Ditahun kedua kuliah, aku lebih memilih PP (pulang-pergi) dari Indralaya - Prabumulih. Hhhehe.. alasan kuat untuk pp sih kalau di rumah, segalanya menjadi mudah. Ketahanan fisik pun juga harus dipertahankan. Dengan jarak tempuh lebih kurang 60 km, kaaan lumayan itu.. belum lagi kalau ada halangan dijalan. Eh, nyatanya semua tidak sesuai ekspektasi. Kalau masalah tahan atau enggaknya bolak-balik sih tahan-tahan aja yaa. Tapi terlepas dari semua itu, kalau malem mata lebih cepat ngantuk, fasilitas di rumah (TV, motor dll) yang buat jadi lebih males, alhasil tugas pun terkadang terbengkalai. *tapi emang mungkin akunya yaah yang males:D
- Pada tahun ketiga (baru rencana). Nah, disemester 5 nanti, aku ngekost lagiiii, dengan harapan nilai bisa membaik dan bisa lebih fokus lagi.
Itu aku, teman seperjuangan dan juga almamater kami :)
Rabu, 01 Juli 2015
The first
Bersyukur...
Yah, terkadang dalam hidup ini kita melupakan satu kata itu. Mulai dari hal kecil, kita pun tidak menyadari betapa banyak nikmat yang telah diberi oleh Allah SWT. Kita sering menuntut, mengeluh, mengapa kita diberikan suatu hal yang tidak kita inginkan. Mengapa kita diberi masalah yang sulit. Bahkan, tak jarang seseorang menganggap tuhan itu tidak adil terhadap hidup yang ia miliki.
Manusia terlalu sibuk mencari kepuasan yang tiada habisnya. Selalu merasa kurang dengan apa yang ia punya. Kita seharusnya tidak selalu memandang ke atas, melihat sisi kehidupan yang kompleks dan mencoba terhanyut didalamnya, tetapi kita jaga perlu melihat ke bawah, di mana masih banyak orang yang tak seberuntung kita.
Bersyukur adalah salah satu cara kita berterima kasih, karena tuhan sudah memberikan segala yang butuhkan. Hidup akan lebih bermakna jika kita bisa mensyukurinya.
So simple, Be Grateful :D
Yah, terkadang dalam hidup ini kita melupakan satu kata itu. Mulai dari hal kecil, kita pun tidak menyadari betapa banyak nikmat yang telah diberi oleh Allah SWT. Kita sering menuntut, mengeluh, mengapa kita diberikan suatu hal yang tidak kita inginkan. Mengapa kita diberi masalah yang sulit. Bahkan, tak jarang seseorang menganggap tuhan itu tidak adil terhadap hidup yang ia miliki.
Manusia terlalu sibuk mencari kepuasan yang tiada habisnya. Selalu merasa kurang dengan apa yang ia punya. Kita seharusnya tidak selalu memandang ke atas, melihat sisi kehidupan yang kompleks dan mencoba terhanyut didalamnya, tetapi kita jaga perlu melihat ke bawah, di mana masih banyak orang yang tak seberuntung kita.
Bersyukur adalah salah satu cara kita berterima kasih, karena tuhan sudah memberikan segala yang butuhkan. Hidup akan lebih bermakna jika kita bisa mensyukurinya.
So simple, Be Grateful :D
Langganan:
Postingan (Atom)